Kamis, 30 April 2015

Resume Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial

KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR
DAN PENGAJARAN REMEDIAL

A.      Latar Belakang
Sistem pembelajaran yang secara faktual diberikan secara bersama dalam satu kelas menyebabkan guru memandang bahwa kemampuan siswa di kelas dalam proses pembelajaran sama. Asumsi mereka memiliki kelompok umur sama, pengetahuan sama, kecepatan menerima materi pembelajaran sama, dan siswa dianggap sebagai subjek didik yang pada prinsipnya memiliki kesiapan belajar yang sama. Padahal tidak seperti demikian sehingga guru perlu memperhatikan setiap siswanya sehingga keberhasilan siswa tercapai secara bersamaan dan membantu perkembangan peserta didik secara optimal dan dapat mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
Guru akan mengetahui kelemahan siswa melalui hasil belajar siswa. Guru melakukan diagnosis tentang kelebihan dan kekurangan yang dimiliki siswa dalam proses belajar. Setelah diketahui kelemahannya, siswa mudah mencari cara untuk mengatasinya. Kemudian dilakukan pengajaran remedial untuk mengatasi, menyembuhkan atau membetulkan pengajaran dan membuat siswa menjadi lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.

B.       Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar
1.                Definisi Diagnostik Kesulitan Belajar
Di samping memahami perkembangan peserta didik, seorang guru juga dituntut untuk memahami kesulitan belajar siswa. Pertama-tama seorang calon guru harus mengetahui pengertian diagnostik. Berdasarkan definisi dari para ahli bisa kita simpulkan bahwa diagnostik adalah penentuan jenis masalah dengan cara menelusuri latar belakang penyebabnya atau gejala-gejala yang muncul. Kesulitan belajar terjadi ketika kemampuan siswa yang dimiliki tidak sesuai dengan kemampuan yang seharusnya dicapai sesuai usia siswa tersebut. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor fisiologik, psikologik, instrument, dan lingkungan belajar. Kesulitan belajar juga berpengaruh pada aspek kehidupan seseorang, baik di sekolah, rumah, rutinitas sehari-hari, dan sebagainya. Jadi, diagnostik kesulitan belajar adalah suatu proses mencari gejala-gejala yang membuat siswa kurang mampu belajar dengan optimal.

2.                Jenis-Jenis Kesulitan Belajar
Learning disorder (LD) atau gangguan belajar mencakup bermacam-macam gejala, penyebab, serta penanganannya. Akan tetapi, tidak semua kesulitan belajar disebut learning disorder. Oleh karena itu, kriteria sebelum menderita LD, kesulitan belajar dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : (1) Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa, seperti kesulitan berbahasa yang tepat atau berkomunikasi dengan bahasa yang benar; (2) Permasalahan dalam hal kemampuan akademik; (3) Kesulitan lainnya, yang mencakup kesulitan dalam mengoordinasi gerakan anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori di atas.
Gejala-gejala dari kategori di atas adalah keterlambatan atau keterbelakangan dalam memahami bahasa, kemampuan akademis serta motorik yang pada gilirannya memengaruhi kemampuannya untuk memelajari sesuatu.


3.                Faktor Penyebab Munculnya Kesulitan Belajar
Menurut Sukardi, penyebab munculnya kesulitan belajar terdiri dari dua macam, yaitu :
a)      Faktor internal yang meliputi: (1) Kesehatan; (2) Problem Menyesuaikan Diri yang bersumber dari dalam diri siswa, sebagai contoh memiliki gangguan emosional.
b)      Faktor eksternal yang meliputi: (1) Lingkungan; (2) Cara Guru Mengajar yang Tidak Baik; (3) Orang Tua Siswa, misalkan tidak mau atau tidak mampu menyediakan buku atau fasilitas belajar yang memadai bagi anaknya; (4) Masyarakat Sekitar, ketika keberadaannya tidak kondusif terhadap kebutuhan siswa secara individual maupun kelompok.

4.                Ciri-Ciri Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Siswa yang lamban belajar dan rendah prestasinya karena kurang mampu menguasai materi dalam batas waktu yang ditentukan. Hal ini disebabkan siswa lemah dalam menguasai keterampilan dasar tertentu. Keterampilan dasar tersebut berupa membaca, menulis, berhitung. Akibatnya, siswa kesulitan mempelajari yang lainnya. Ciri-ciri umum siswa lamban belajar dapat diamati melalui pengamatan fisik siswa, perkembangan mental, intelektual, sosial, ekonomi, kepribadian, dan proses-proses belajar yang yang dilakukannya di sekolah dan di rumah. Ketidaksanggupan belajar disebabkan kerusakan pada diri seseorang yang membuat seseorang itu lamban belajar. Kerusakan-kerusakan itu menurut Cece Wijaya (2010) dikategorikan dalam empat hal, yaitu :
1.      Dyslexia, adalah kelemahan-kelemahan belajar di bidang menulis dan berbicara. Ciri-cirinya adalah sulit mengingat huruf, kata, tulisan, dan suara.
2.      Dyscalculia, adalah kesulitan mengenal angka dan pemahaman terhadap konsep dasar matematika. Kerusakan di bidang dyslexia berpengaruh terhadap kerusakan di bidang dyscalculia, demikian pula sebaliknya.
3.      Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD), adalah pemusatan perhatian terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapinya. Siswa lamban belajar dapat memusatkan perhatiannya hanya berkisar pada satu pokok bahasan saja, ia kurang mampu menyelesaikan tugas-tugas yang beraneka ragam yang membuat dirinya menjadi kacau.
4.      Spatial, motor, ad perceptual defisits, adalah kondisi lemah dalam menilai dirinya menurutukuran ruang dan waktu.
5.      Social defisits, yaitu kesulitan mengembangkan keterampilan sosial. Kesulitan itu dapat membuat ketidaksanggupan menemukan jati dirinya. Gejala-gejalanya: (1) sulit menangkap tanda-tanda tingkah laku sosial; (2) sering memotong pembicaaan orang; (3) berbicara dengan keras, (4) sulit berteman, dan (5) ketidaksadaran terhadap cara-cara orang lain mengamati perilakunya.Akan tetapi dalam kasus ini siswa yang tidak sanggup mengembangkan keterampilan sosial dapat dibimbing oleh guru-gurunya.

5.                Prosedur Diagnostik Kesulitan Belajar
Ada tiga langkah umum dalam mendiagnostik kesulitan belajar siswa, yaitu: (1) Mengidentifikasi kasus dan menempatkan jenis dan sifat kesulitan belajar terebut; (2) Mengadakan estimasi (prognosis) tentang penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa; (3) Mengadakan terapi, yaitu menemukan berbagai kemungkinan yang dapat digunakan dalam rangka penyembuhan atau mengalami kesulitan belajar yang dialamu oleh siswa tersebut.

Seorang guru harus memantau dan menerima informasi tentang kemajuan belajar siswa dan dapat menjadikan informasi tersebut  sebagai peramalan kondisi belajar siswa. Kemudian informasi yang diterima dijadikan feedback untuk memantau penguatan yang dimiliki siswa.

6.                Mendiagnostik Kesulitan Belajar secara Formal
Diagnostik yang sesungguhnya adalah membandingkan kemampuan anak terhadap anak lainnya yang bisa dikatakan normal. Hasil uji tidak bergantung pada kemampuan aktual anak saja melainkan reliabilitas pengujian serta kemampuan anak untuk memerhatikan dan memahami pertanyaannya. Dalam diagnostik Learning Disorder :
1.      Anak yang kesulitan berbahasa akan diuji dengan melihat cara pelafalan bunyi bahasa, kosakata, tata bahasa, dan membandingkan dengan anak sebaya yang normal
2.      Anak yang memiliki gangguan akademis (membaca, menulis, dan berhitung), didiagnosa dengan metode uji standar

Orang tua harus bertindak ketika sekolah gagal mengenal kelambanan belajar siswa, yaitu dengan memahami setiap langkah evaluasi yang dilakukan sekolah. Jika tidak, maka orang tua dapat meminta bantuan kepada orang bisa dipercayai, sebagai contoh dokter.

7.                Evaluasi Diagnostik Kesulitan Belajar 
Sebagai seorang guru yang baik haruslah menyadari bahwa tingkat kemampuan siswa dalam proses pembelajaran itu bervariasi. Ada siswa yang mengalami kesulitan, tidak bisa mengerjakan soal dengan baik. Hal ini harus dicari sebabnya dan program yang tepat untuk membuat siswa mencapai tujuan pembelajaran. Evaluasi diagnostik kesulitan belajar memiliki penekanan kepada penyembuhan kesulitan belajar siswa yang tidak terpecahkan oleh formula perbaikan yang biasanya ditawarkan dalam bentuk tes formatif.
Evaluasi ini biasanya dilakukan pada awal tahun ajaran atau semester. Tujuan evaluasi ini salah satunya untuk menentukan tingkat pengetahuan awal siswa. Dua hal yang penting dalam melakukan evaluasi ini yaitu : (1) penilaian diagnostik pada umumnya jarang digunakan oleh guru untuk menentukan grade dan (2) semakin baik evaluasi diagnostik yang dilakukan, semakin jelas tujuan belajar yang dapat ditetapkan.

C.      Konsep Dasar Pengajaran Remedial
1.                Definisi Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahap kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar. Pengajaran remedial merupakan suatu bentuk pengajaran yaang bersifat mengobati, menyembuhkan atau membetulkan pengajaran dan membuatnya menjadi lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.

2.                Tujuan dan Fungsi Pengajaran Remedial
a)      Tujuan Pengajaran Remedial : (1) Supaya siswa dapat memahami dirinya, dapat mengenal kelemahannya dan juga kekuatannya; (2) Supaya siswa dapat memperbaiki cara belajarnya ke arah yang lebih baik; (3) Supaya siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat; (4) Supaya siswa dapat mengembangkan kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya hasil yang lebih baik; (5) Supaya siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya, setelah ia mampu mengatasi hambatan yang menjadi kesulitan belajarnya, dan mengembangkan sikap serta kebiasaan yang baru dalam belajar.
b)      Fungsi Pengajaran Remedial
1.      Fungsi Korektif, berarti bahwa dari remedial dapat dilakukan  perbaikan terhadap hal-hal yang belum memenuhi apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses pembelajaran.
2.      Fungsi Pemahaman, berarti bahwa dengan remedial memungkinkan guru, siswa atau pihak-pihak lainnya akan dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dan komprehesif mengenai pribadi siswa.
3.      Fungsi Penyesuaian, berarti bahwa pengajaran remedial dapat membentuk siswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan proses belajarnya.
4.      Fungsi Pengayaan, berarti bahwa siswa dapat memperkaya proses pembelajaran, sehingga materi yang tidak disampaikan dalam pengajaran reguler, akan dapat diperoleh melalui pengajaran ramedial.
5.      Fungsi Akselerasi, berarti bahwa melalui pengajaran remedial akan dapat diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan waktu yang efektif dan efesien.
6.      Fungsi Terapeutik, bahwa melalui pengajaran remedial secara langsung atau tidak langsung akan membantu memperbaiki kondisi kepribadian siswa yang mungkin menunjukan adanya penyimpangan.

3.                Metode dalam Pengajaran Remedial
Metode yang digunakan dalam pengajaran remedial yaitu metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan belajar mulai dari tingkat identifikasi kasus sampai dengan tindak lanjut. Metode yang dapat digunakan, yaitu : (a) Tanya Jawab; (b) Diskusi; (c) Tugas; (d) Kerja Kelompok; (e) Tutor; (f) Pengajaran Individual
4.                Strategi dan Teknik dalam Pendekatan Pengajaran Remedial
Strategi dan teknik pengajaran remedial yang dirumuskan oleh  Izhar Hasis  yang disimpulkan dari  Ross,  Stanley dan dari  Dinkmeyer and Caldweel dalam bukunya Developmental Counseling, adalah sebagai berikut :
a)      Strategi dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching yang Bersifat Kuratif
Tindakan Remedial Teaching dikatakan bersifat kuratif jika program proses belajar mengajar selesai diselenggarakan. Diadakannya tindakan ini didasarkan oleh kenyataan empirik bahwa seseorang atau sejumlah orang dapat dipandang tidak mampu menyelesaikan program proses belajar mengajar yang bersangkutan secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Teknik pendekatan yang dipakai dalam hal  ini  adalah sebagai berikut :
1.      Pengulangan (repetation)
2.         Pengayaan (enrichment) dan Pengukuhan (reinforcement)
3.         Percepatan (acceleration)
b)      Strategi dan Teknik pendekatan Remedial Teaching yang Bersifat Preventif
Strategi dan pendekatan ini diberikan pada siswa menurut informasi yang ada atau dapat diduga akan mengalami kesulitan belajar. Sasaran pendekatan preventif adalah berusaha agar dapat mengindari hambatan-hambatan prestasi dan kemampuannya mencapai kriteria keberhasilan  yang ditetapkan. Teknik pendekatan yang digunakan berupa layanan pengerjaan kelompok yang diorganisasikan secara homogen, layanan pengajaran individual, dan layanan pengajaran kelompok disertai kelas khusus remedial dan pengayaan.
c)      Strategi dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching Bersifat Pengembangan
Pendekatan kuratif merupakan tindak lanjut dari  post teaching diagnostic, pendekatan preventif merupakan tindak lanjut dari pre teaching disgnostic maka pendekatan pengembangan merupakan tindak lanjut dari during teaching diagnostic atau upaya diagnostik yang dilakukan guru selama berlangsungnya proses belajar mengajar (PBM). Proses belajar perlu diorganisasikan secara sistematis dalam bentuk pengajaran berprogram agar strategi  pendekatan pengembangan dapat dioperasikan secara sistematis..

5.                Langkah-Langkah Melaksanakan Pengajaran Remedial
Langkah-langkah pengajaran remedial dapat dilakukan sebagai berikut :
a)      Meneliti kasus dengan permasalahannya sebagai acuan kegiatan berikutnya.
b)      Menentukan tindakan yang harus dilakukan.
Pertama-tama, tentukan karakteristik kasus yang ditangani tersebut kemudian  pemecahannya yang harus dipikirkan adalah sebagai berikut : (1) Jika kasusnya ringan, cukup berikan pengajaran remedial, dan; (2) Jika kasusnya cukup dan berat, maka siswa diberikan layanan konseling sebelum diberi pengajaran remedial.
c)      Pemberian layanan khusus yaitu bimbingan dan konseling.
Tujuanya adalah mengusahakan agar siswa yang terbatas dari hambatan mental emosional (ketegangan batin) kemudian siap menghadapi kegiatan belajar secara wajar. Bentuk konseling di sini bisa berupa psikoterapi yang dilakukan oleh psikolog.
d)     Langkah pelaksanaan pengajaran remedial.
e)      Melakukan pengukuran kembali terhadap prestasi belajar siswa dengan alat tes sumatif.
f)       Melakukan re-evaluasi dan re-diagnostik.
Terdapat tiga kemungkinan tafsiran hasil, yaitu sebagai berikut : (1) Kasus menunjukkan kenaikan prestasi yang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang diharapkan diteruskan ke program yang berikutnya.; (2) Kasus menunjukkan kenaikan prestasi, namun belum memenuhi kriteria yang diharapkan haruslah dilakukan pengayaan.; (3) Kasus belum menunjukkan perubahan yang berarti dalam hal prestasi, siswa perlu didiagnostik lagi untuk mengetahui letak kelemahan pengajaran remedial kemudian lakukan ulangan dengan alternatif yang sama.

6.                Perbandingan Prosedur Pengajaran Biasa dan Remedial
(a) Kegiatan pengajaran sebagai program belajar di kelas dan diikuti oleh seluruh siswa sedangkan remedial diadakan setelah diketahui kesulitan belajar, kemudian diadakan pelayanan khusus.; (b) Tujuan pengajaran adalah mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku sedangkan pengajaran remedial tujuannnya disesuaikan dengan kesulitan belajar siswa walaupun tujuan akhirnya sama.; (c) Metode dalam pengajaran biasa sama buat semua siswa, sedangkan metode dalam pengajaran remedial sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan; (d) Pengajaran biasa dilakukan oleh guru, sedangkan pengajaran perbaikan oleh tim.; (e) Alat pengajaran perbaikan lebih bervariasi, yaitu dengan penggunaan tes diagnostik, sosiometri, dsb.; (f) evaluasi pengajaran remedial disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.

7.                Peran Aparat Sekolah, Orang Tua, dan Masyarakat dalam Program Pendidikan dan Pengajaran Remedial
Berikut adalah peranan-peranan aparat sekolah dalam program pendidikan dan pengajaran remedial :
a)      Kepala Sekolah
Kepala sekolah harus: (1) menguasai sepenuhnya program pendidikan dan pengajaran remedial di sekolah meliputi tujuan, bidang kajian, cara-cara diagnostic kesulitan belajar siswa, prediksi penyembuhan, serta praktik penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran remedial; (2) menyediakan sumber belajar yang lengkap dan dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.; (3)  memiliki jalinan kerja sama yang baik dengan orang tua siswa untuk mengembangkan pendidikan masa depan anak-anaknya.; (4)  mendirikan dan mengembangkan Lembaga Pusat Bimbingan dan Penyuluhan yang berfungsi menangani kesulitan-kesulitan siswa; (5) mampu mengangkat seorang ekspert yang bertugas sebagai guru pendidikan remedial serta; (6) membantu guru bidang studi atau guru borongan lainnya dalam memecahkan kesulitannya menghadapi siswa lamban belajar dan berprestasi rendah.
b)      Orang Tua Siswa
Orang tua siswa berperan : (1) Menerima kunjungan sekolah di rumah (home visit) dengan baik; (2) Tanggap terhadap pembicaraan masalah putra-putranya dan menunjukkan sikap tidak emosional.; (3) Senang menghadiri undangan sekolah untuk membicarakan kasus putra-putranya; (4) Dapat memberikan data objektif selengkap mungkin tentang kelemahan-kelemahan putranya dalam pelajaran; (5) Mampu membantu memprediksi dan memberi latihan sepenuhnya terhadap kasus yang dihadapinya.
c)      Staf Tata Usaha Sekolah
Mengadministrasi data siswa dimulai dari latar belakang, sebab-sebab kesulitan belajar siswa, cara memprediksi penyembuhannya, sampai dengan cara penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran remedial.
d)     Pemilik Sekolah
Melakukan kunjungan ke sekolah minimal dua minggu sekali, mengawasi jalannya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran remedial yang telah dirancang sebelumnya, berdiskusi secara periodik dengan kepala sekolah dan guru-guru tentang cara mengatasi kesulitan belajar siswa, dan bekerja sama dengan lembaga-lembaga terkait mengatasi kesulitan belajar siswa.
e)      Para Pemerhati Pendidikan
Para pemerhati pendidikan berperan dalam memberikan masukan, sikap, dan aspirasinya dalam upaya penanganan kasus atau dalam hal ini siswa lamban belajar.
f)       Lembaga-Lembaga Kemasyarakatan Terkait
Lembaga-lembaga kemasyarakatan berperan membantu sekolah dalam mengumpulkan data objektif tentang latar belakang terjadinya suatu peristiwa serta membantu dalam penyelesaiannya.

8.                Evaluasi Pengajaran Remedial

Evaluasi adalah kegiatan akhir yang dilakukan siswa, bertujuan tercapainya 75% taraf penguasaan. Jika belum berhasil, maka lakukan diagnostik dan pengajaran remedial. Kegiatan ini dilakukan secara kontinu untuk perkembangan di masa yang akan datang.