Kamis, 23 April 2015

Resume : Pembelajaran Berbasis Bimbingan

PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN

A.      Latar Belakang
Kararkter siswa yang beraneka ragam mewajibkan guru untuk memahaminya tentang psikologi perkembangan peserta didik agar bisa berinteraksi dengan anak didknya.Dengan demikian, dalam proses pengajaran seorang guru seharusnya tidak hanya terfokus pada pencapaian kognitif saja, tetapi juga harus memperhatikan tingkat kemampuan siswa dengan cara memahami tahap-tahap perkembangan mental anak. Selain itu, karena perkembangan psikologi siswa berbeda-beda, makaguru harus memperhatikan model pembelajaran yang akan diterapkan. Terdapat bermacam-macam model pembelajaran yang diantaranya ada yang berbasis bimbingan. Model pembelajaran berbasis bimbingan ini diharapkan mampu menaungi siswa di setiap langkah pembelajaran.
B.       Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
1.             Konsep Bimbingan
Bimbingan adalah usaha sadar untuk memberikan bantuan dengan cara memberi arahan, panduan, pertimbangan kepada individu agar bisa mengaktualisasikan dirinya secara optimal, serta mewujudkan apa yang menjadi harapannya. Dari definisi bimbingan menurut para ahli juga dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses berkesinambungan sebagai upaya membantu untuk memfasilitasi individu agar berkembang secara optimal. Perkembangan optimal merupakan kondisi dinamik, perkembangan yang sesuai dengan potensi individu yang mampu mengenal dirinya, serta mampu mengarahkan diri sesuai kemampuannya

2.             Konsep Pembelajaran dan Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Dari definisi belajar menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan pada manusia berbentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain. Pembelajaran adalah sistem lingkungan yang mengupayakan pendidik agar peserta didik belajar atau membelajarkan diri agar tujuan pendidikan terpenuhi. Belajar yang dimaksud adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan disini sebagai hasil pembelajaran bersifat positif dan normatif.
Pembelajaran yang baik tidak hanya terfokus pada pencapaian aspek kognitif saja, tetapi pencapaian peserta didik yang berprilaku baik dan normatif juga diperlukan. Oleh karena itu, pembelajaran baerbasis bimbingan berperan penting dalam hal ini. Menurut Budiman (Najjah, 2015), pembelajaran berbasis bimbingan seharusnya berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan yaitu: (a) Didasarkan pada Needs assessment (sesuai dengan kebutuhan); (b) Dikembangkan dalam suasana membantu (helping relationship); (c) Bersifat memfasilitasi; (d) Berorientasi pada: (1) learning to be (belajar menjadi); (2) learning to learn (belajar untuk belajar); (3) learning to work (belajar untuk bekerja dan berkarir); (4) learning to live together (belajar untuk hidup bersama), dan ; (e) Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal.
Definisi tentang pembelajaran berbasis bimbingan dikemukakan oleh Mariyana (2008, hlm. 2) bahwa pembelajaran berbasis bimbingan merupakan sebuah model pembelajaran yang dirancang berdasarkan pemahaman terhadap bimbingan, dengan memperhatikan pemahaman terhadap anak dan cara belajarnya.

B.       Ciri-ciri Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut Kartadinata dan Dantes (dalam Mariyana, 2008, hlm. 2) pembelajaran berbasis bimbingan memiliki ciri-ciri berikut: (a) Diperuntukkan bagi semua siswa; (b) Memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang; (c) Mengakui siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan; (d) Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secaramenyeluruh dan optimal; (e) Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.

Selain itu, adapula ciri-ciri lain dari model pembelajaran berbasis bimbingan, yaitu: (a)Diperuntukkan bagi semua peserta didik dalam arti kata merupakan suatu kinerja yang berorientasi sepenuhnya terhadap kebutuhan individual siswa; (b) Sangat memperhatikan keamanan psikologis siswa baik dalam proses pembelajaran atau di saat prosesi istirahat; (c) Memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang; (d) Mengakui siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan; (e) Penuh penghargaan; (f) Pemberian reward untuk semua prestasi siswa baik itu prestasi yang besar ataupun yang kecil sekalipun; (g) Menghindari hukuman fisik agar tidak terjadi kecacatan mental dini dalam dunia pendidikan; (h) Demokratis bahwa di setiap pembelajaran yang berbau bimbingan guru wajib mendengarkan suara siswa terlebih dahulu agar terjadi komunikasi yang baik dan mendapat pemecahan masalah yang mendalam; (i) Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan siswa secara menyeluruh dan optimal; (j) Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.

C.      Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Pembelajaran berbasis bimbingan merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan sehingga tidak terlepas dari prinsip-prinsip bimbingan yaitu: (a) Proses membantu individu; (b) Bertitik tolak pada individu yang dibimbing; (c) Didasarkan pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing; (d) Pada batas tertentu perlu ada referral; (e) Dimulai dengan identifikasiatas kebutuhan individu; (f) Diselenggarakan secara luwes dan fleksibel; (g) Sejalan dengan visi dan misi lembaga; (h) Dikelola dengan orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan; (i) Ada sistem evaluasi yang digunakan. Pembelajaran yang berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan menurut Budiman (2008) adalah:
a.    Didasarkan pada Needs Assesment, yaitu proses menentukan prioritas kebutuhan pendidikan. Kebutuhan itu pada dasarnya adalah kesenjangan (discrepancies) antara apa yang telah tersedia dengan apa yang tela tersedia   denga apa   yang   diharapkan,   da nee assessment   adalah   proses mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari kesenjangan untuk dipecahkan.
b.    Dikembangkan dalam Suasana Membantu (Helping Relationship)
Helping Relationship sebagai suatu relasi yang terjadi diantara dua pihak, dimana salah satu pihak mempunyai kehendak untuk meningkatkan pertumbuhan, perkembangan, kedewasaan, memperbaiki berfungsinya dan memperbaiki kemampuan pihak yang lain untuk menghadapi dan menangani kehidupannya sendiri (Rogers dalam Sugiyatno, tt). Karakteristik helping relationship menurut Shertzer and Stone (dalam Sugiyatno, tt) : (1) Merupakan suatu relasi yang berarti bagi helper dan helpee; (2) Ditandai adanya relasi yang bersifat efektif; (3) Diperlukan integritas pribadi; (4) Terjadi atas kebutuhan bersama dan persetujuan bersama antara helper dan helpee; (5) Helper membutuhkan informasi, instruksi, bantuan, pemahaman dari helper; (6) Terjadi melalui komunikasi dan interaksi antara helper dan helpee; (7) Adanya kerjasama antara helper dan helpee; (8) Helper mudah didekati dan merasa aman sebagai seorang individu; (9) Bertujuan untuk terjadi perubahan perilaku pada helpee.
c.       Empati, yaitu sikap mengerti perasaan dan emosi orang lain serta membayangkan diri di tempat orang lain
d.      Keterbukaan, salah satu asas bimbingan dan konseling yang mengajak siswa untuk lebih terbuka tentang dirinya kepada guru pembimbing guna melancarkan perkembangan dirinya. Dengan begitu, guru pembimbing harus memegang asas kerahasiaan dan kesukarelaan pada siswa agar siswa dapat terbuka.
e.    Kehangatan psikologis
f.     Realistis
g.    Bersifat Memfasilitasi
h.    Berorientasi pada learning to be (belajar untuk menjadi), learning to learn (belajar untuk belajar), learning to work (belajar untuk bekerja dan berkarier), dan learning to live together (belajar untuk hidup bersama)
i.      Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal.

D.      Model-model Pembelajaran yang Berorientasi pada Pengembangan Individu
Bimbingan sangat berkaitan dengan perkembangan individu sehingga dalam pembelajaran perlu menerapkan model-model pembelajaran yang ada dan membantu dalam perkembangan individu secara optimal. Model pembelajaran adalah prosedur sistematis adatu pedoman untuk merancang suatu pembelajaran agar tujuan belajar tercapai. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru bisa memilih model pembelajaran sesuai tujuan pendidikannya. Model-model pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan individu yang dapat dipilih guru antara lain:

1.             Model Pemrosesan Informasi
Model pembelajaran yang berasal dari teori belajar kognitif (Piaget) ini berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Menurut Rusman (tt, hlm.12), sembilan langkah yang harus dilakukan guru terkait dengan model ini, yaitu: (a) Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa; (b) Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas; (c) Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran; (d) Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah ditentukan; (e) Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.; (f) Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran; (g) Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa; (h) Melaksanakan penilaian proses dan hasil; (i) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.

2.             Model Personal
Model pembelajaran personal bertolak pada teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan individu. Dalam teori ini, guru harus menciptakan suasana kelas yang kondusif agar siswa bebas mengembangkan dirinya baik emosional maupun intelektual. Implikasi dari teori humanistik dalam pendidikan adalah: (a) Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan; (b) Tingkah laku yang ada dapat dilaksanakan sekarang; (c) Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri; (d) Tingkah laku individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri; (e) Belajar siswa adalah sangat penting daripada mengajar; (f) Mengajar yaitu membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang produktif dalam lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap.
Model pembelajaran personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut: (a) Pembelajaran Non-Direktif, untuk membentuk kemampuan dan perkembangan pribadi; (b) Latihan kesadaran untuk meningkatkan kepedulian siswa; (c) Sinektik, untuk mengembangkan kreativitas pribadi, dan; (d) Sistem konseptual, untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes.
3.             Model Interaksi Sosial
Model yang didasari oleh teori Gestalt ini menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dan masyarakat sehingga diharapkan hal yang dikembangkan oleh siswa adalah bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat. Model interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut: (a) Kerja kelompok; (b) Pertemuan kelas; (c) Pemecahan masalah sosial atau inquiry social ; (d) Model Laboratorium; (e) Bermain peranan, dan ; (f) Simulasi solusi

4.             Model Modifikasi Tingkah Laku
Model ini penurunan dari teori behavioristik, yaitu untuk membentuk tingkah laku dengan cara manipulasi penguatan dan membuat sistem pengurutan tugas-tugas belajar yang lebih efisien. Dalam hal ini, peran guru adalah selalu memperhatikan tingkah laku belajar siswa.
5.             Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya
Model ini untuk meningkatkan apresiasi siswa pada budaya lokal serta mengembangkannya berdasarkan pengalaman awal budaya siswa. Komponen desainnya terdiri atas tema budaya lokal, alat dan sumber beragam yang kontekstual, serta penilaiannya menekankan pada proses dan hasil. Pelaksanaannya ada tiga tahap yakni pengondisian, penciptaan makna dna konsolidasi (Alexon dan Sukmadinata, 2010, hlm. 201).
6.             Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif diadopsi dari paham konstruktivis, di sini siswa berkemampuan berbeda-beda membentuk kelompok kecil untuk memahami materi pelajaran. Slavin (dalam Riadi, 2012) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaan kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya, kemudian terdapat tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik dari pembelajaran kooperatif yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
Langkah-langkah pembelajaran Cooperative Learning menurut Arends (dalam Fatirul, 2008, hlm. 20) adalah: (a) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa; (b) Menyajikan informasi; (c) Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar; (d) Membimbing kelompok bekerja dan belajar; (e) Evaluasi; (f) Memberikan penghargaan

7.             Model pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dimana guru mendorong siswa untuk membuat hubungan situasi di dunia nyata dikaitkan dengan pengetahuan yang siswa miliki Tugas guru pada model pembelajaran kontekstual ini adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Tugas guru pada model ini adalah membantu siswa supaya mencapai tujuan, mengelola kelas menemukan hal yang baru bagi siswa.

8.             Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Model ini merupakan strategi pengajaran yang pada awalnya siswa secara aktif diberi masalah dalam situasi yang nyata. Masalah yang diberikan antara lain untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran tersebut. Tahap-tahap pembelajaran Problem Based Learning menurut Trianto (dalam Nurfianti, 2011) adalah:
a.    Orientasi siswa pada masalah, yaitu menjelaskan tujuan pembelajaran, memberitahu logistic yang diperlukan, mengajukan peristiwa yang memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.
b.    Mengorganisasi siswa, yaitu membagi siswa ke dalam kelompok, membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
c.    Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang penting, melakukan eksperimen dan untuk jawaban dan pemecahan masalah.
d.   Mengembangkan dan menyajikan hasil, merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model.
e.    Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah yang dibantu oleh guru.



Referensi: Makalah BK Kelompok 7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar