PEMBELAJARAN
BERBASIS BIMBINGAN
A.
Latar
Belakang
Kararkter siswa yang beraneka ragam mewajibkan guru
untuk memahaminya tentang psikologi perkembangan peserta didik agar bisa
berinteraksi dengan anak didknya.Dengan demikian, dalam proses pengajaran
seorang guru seharusnya tidak hanya terfokus pada pencapaian kognitif saja,
tetapi juga harus memperhatikan tingkat kemampuan siswa dengan cara memahami
tahap-tahap perkembangan mental anak. Selain itu, karena perkembangan psikologi
siswa berbeda-beda, makaguru harus memperhatikan model pembelajaran yang akan
diterapkan. Terdapat bermacam-macam model pembelajaran yang diantaranya ada
yang berbasis bimbingan. Model pembelajaran berbasis bimbingan ini diharapkan
mampu menaungi siswa di setiap langkah pembelajaran.
B.
Konsep
Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
1.
Konsep
Bimbingan
Bimbingan adalah usaha sadar untuk
memberikan bantuan dengan cara memberi arahan, panduan, pertimbangan kepada
individu agar bisa mengaktualisasikan dirinya secara optimal, serta mewujudkan
apa yang menjadi harapannya. Dari definisi bimbingan menurut para ahli juga dapat
disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses berkesinambungan sebagai upaya
membantu untuk memfasilitasi individu agar berkembang secara optimal. Perkembangan
optimal merupakan kondisi dinamik, perkembangan yang sesuai dengan potensi
individu yang mampu mengenal dirinya, serta mampu mengarahkan diri sesuai
kemampuannya
2.
Konsep
Pembelajaran dan Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Dari definisi belajar
menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan pada
manusia berbentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,
daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain. Pembelajaran adalah sistem
lingkungan yang mengupayakan pendidik agar peserta didik belajar atau
membelajarkan diri agar tujuan pendidikan terpenuhi. Belajar yang dimaksud
adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan
disini sebagai hasil pembelajaran bersifat positif dan normatif.
Pembelajaran yang baik
tidak hanya terfokus pada pencapaian aspek kognitif saja, tetapi pencapaian
peserta didik yang berprilaku baik dan normatif juga diperlukan. Oleh karena
itu, pembelajaran baerbasis bimbingan berperan penting dalam hal ini. Menurut Budiman
(Najjah, 2015), pembelajaran berbasis bimbingan seharusnya berlandaskan pada prinsip-prinsip
bimbingan yaitu: (a) Didasarkan pada Needs
assessment (sesuai dengan kebutuhan); (b) Dikembangkan dalam suasana
membantu (helping relationship); (c) Bersifat
memfasilitasi; (d) Berorientasi pada: (1) learning
to be (belajar menjadi); (2) learning
to learn (belajar untuk belajar); (3) learning
to work (belajar untuk bekerja dan berkarir); (4) learning to live together (belajar untuk hidup bersama), dan ; (e) Tujuan
utama perkembangan potensi secara optimal.
Definisi tentang
pembelajaran berbasis bimbingan dikemukakan oleh Mariyana (2008, hlm. 2) bahwa
pembelajaran berbasis bimbingan merupakan sebuah model pembelajaran yang
dirancang berdasarkan pemahaman terhadap bimbingan, dengan memperhatikan
pemahaman terhadap anak dan cara belajarnya.
B.
Ciri-ciri
Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut Kartadinata dan Dantes (dalam
Mariyana, 2008, hlm. 2) pembelajaran berbasis bimbingan memiliki ciri-ciri
berikut: (a) Diperuntukkan bagi semua siswa; (b) Memperlakukan siswa sebagai
individu yang unik dan sedang berkembang; (c) Mengakui siswa sebagai individu
yang bermartabat dan berkemampuan; (d) Terarah ke pengembangan segenap aspek
perkembangan anak secaramenyeluruh dan optimal; (e) Disertai dengan berbagai sikap
guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan
kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
Selain itu, adapula ciri-ciri lain
dari model pembelajaran berbasis bimbingan, yaitu: (a)Diperuntukkan bagi semua
peserta didik dalam arti kata merupakan suatu kinerja yang berorientasi
sepenuhnya terhadap kebutuhan individual siswa; (b) Sangat memperhatikan
keamanan psikologis siswa baik dalam proses pembelajaran atau di saat prosesi
istirahat; (c) Memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan sedang
berkembang; (d) Mengakui siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan;
(e) Penuh penghargaan; (f) Pemberian reward
untuk semua prestasi siswa baik itu prestasi yang besar ataupun yang kecil
sekalipun; (g) Menghindari hukuman fisik agar tidak terjadi kecacatan mental
dini dalam dunia pendidikan; (h) Demokratis bahwa di setiap pembelajaran yang
berbau bimbingan guru wajib mendengarkan suara siswa terlebih dahulu agar
terjadi komunikasi yang baik dan mendapat pemecahan masalah yang mendalam; (i) Terarah
ke pengembangan segenap aspek perkembangan siswa secara menyeluruh dan optimal;
(j) Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi
berbagai minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma
kehidupan yang dianut.
C.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Pembelajaran berbasis bimbingan
merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan sehingga
tidak terlepas dari prinsip-prinsip bimbingan yaitu: (a) Proses membantu
individu; (b) Bertitik tolak pada individu yang dibimbing; (c) Didasarkan pada
pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing; (d) Pada batas tertentu perlu
ada referral; (e) Dimulai dengan identifikasiatas kebutuhan individu; (f) Diselenggarakan
secara luwes dan fleksibel; (g) Sejalan dengan visi dan misi lembaga; (h) Dikelola
dengan orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan; (i) Ada sistem
evaluasi yang digunakan. Pembelajaran yang berlandaskan pada prinsip-prinsip
bimbingan menurut Budiman (2008) adalah:
a. Didasarkan
pada Needs Assesment, yaitu
proses menentukan prioritas
kebutuhan pendidikan. Kebutuhan itu pada dasarnya adalah kesenjangan (discrepancies) antara apa yang
telah tersedia dengan apa yang telah tersedia
dengan apa
yang diharapkan, dan need
assessment
adalah
proses
mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari kesenjangan
untuk dipecahkan.
b. Dikembangkan
dalam Suasana Membantu (Helping
Relationship)
Helping Relationship sebagai suatu relasi yang
terjadi diantara dua pihak, dimana salah satu pihak mempunyai kehendak untuk
meningkatkan pertumbuhan, perkembangan, kedewasaan, memperbaiki berfungsinya
dan memperbaiki kemampuan pihak yang lain untuk menghadapi dan menangani
kehidupannya sendiri (Rogers dalam Sugiyatno, tt). Karakteristik helping relationship menurut Shertzer and Stone (dalam Sugiyatno,
tt) : (1) Merupakan suatu relasi yang berarti bagi helper dan helpee; (2) Ditandai
adanya relasi yang bersifat efektif; (3) Diperlukan integritas pribadi; (4) Terjadi
atas kebutuhan bersama dan persetujuan bersama antara helper dan helpee; (5) Helper
membutuhkan informasi, instruksi, bantuan, pemahaman dari helper; (6) Terjadi melalui komunikasi dan interaksi antara helper dan helpee; (7) Adanya kerjasama antara helper dan helpee; (8) Helper
mudah didekati dan merasa aman sebagai seorang individu; (9) Bertujuan untuk
terjadi perubahan perilaku pada helpee.
c.
Empati, yaitu sikap mengerti perasaan dan emosi orang lain
serta membayangkan diri di tempat orang lain
d. Keterbukaan,
salah satu asas bimbingan dan konseling yang mengajak siswa untuk lebih terbuka
tentang dirinya kepada guru pembimbing guna melancarkan perkembangan dirinya.
Dengan begitu, guru pembimbing harus memegang asas kerahasiaan dan kesukarelaan
pada siswa agar siswa dapat terbuka.
e.
Kehangatan psikologis
f. Realistis
g. Bersifat Memfasilitasi
h. Berorientasi pada learning to be (belajar untuk menjadi), learning
to learn (belajar untuk belajar), learning
to work (belajar untuk bekerja dan berkarier), dan learning to live
together (belajar untuk hidup bersama)
i. Tujuan
utama perkembangan potensi secara optimal.
D.
Model-model
Pembelajaran yang Berorientasi pada Pengembangan Individu
Bimbingan sangat berkaitan dengan
perkembangan individu sehingga dalam pembelajaran perlu menerapkan model-model
pembelajaran yang ada dan membantu dalam perkembangan individu secara optimal. Model
pembelajaran adalah prosedur sistematis adatu pedoman untuk merancang suatu
pembelajaran agar tujuan belajar tercapai. Model pembelajaran dapat dijadikan
pola pilihan, artinya para guru bisa memilih model pembelajaran sesuai tujuan
pendidikannya. Model-model pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan
individu yang dapat dipilih guru antara lain:
1.
Model
Pemrosesan Informasi
Model pembelajaran yang
berasal dari teori belajar kognitif (Piaget) ini berorientasi pada kemampuan
siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Perkembangan
merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Menurut Rusman (tt, hlm.12), sembilan
langkah yang harus dilakukan guru terkait dengan model ini, yaitu: (a) Melakukan
tindakan untuk menarik perhatian siswa; (b) Memberikan informasi mengenai
tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas; (c) Merangsang siswa untuk
memulai aktivitas pembelajaran; (d) Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan
topik yang telah ditentukan; (e) Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa
dalam pembelajaran.; (f) Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran; (g) Memberikan
feedback terhadap perilaku yang
ditunjukkan siswa; (h) Melaksanakan penilaian proses dan hasil; (i) Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.
2.
Model
Personal
Model pembelajaran
personal bertolak pada teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap
pengembangan individu. Dalam teori ini, guru harus menciptakan suasana kelas
yang kondusif agar siswa bebas mengembangkan dirinya baik emosional maupun
intelektual. Implikasi dari teori humanistik dalam pendidikan adalah: (a) Bertingkah
laku dan belajar adalah hasil pengamatan; (b) Tingkah laku yang ada dapat
dilaksanakan sekarang; (c) Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap
aktualisasi diri; (d) Tingkah laku individu adalah hasil dari konsepsinya
sendiri; (e) Belajar siswa adalah sangat penting daripada mengajar; (f) Mengajar
yaitu membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang produktif dalam
lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap.
Model pembelajaran
personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut: (a) Pembelajaran
Non-Direktif, untuk membentuk kemampuan dan perkembangan pribadi; (b) Latihan
kesadaran untuk meningkatkan kepedulian siswa; (c) Sinektik, untuk
mengembangkan kreativitas pribadi, dan; (d) Sistem konseptual, untuk
meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes.
3.
Model Interaksi Sosial
Model yang didasari
oleh teori Gestalt ini menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dan
masyarakat sehingga diharapkan hal yang dikembangkan oleh siswa adalah
bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat. Model interaksi sosial
ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut: (a) Kerja kelompok; (b) Pertemuan
kelas; (c) Pemecahan masalah sosial atau inquiry
social ; (d) Model Laboratorium; (e) Bermain peranan, dan ; (f) Simulasi
solusi
4.
Model Modifikasi Tingkah Laku
Model ini penurunan
dari teori behavioristik, yaitu untuk membentuk tingkah laku dengan cara manipulasi
penguatan dan membuat sistem pengurutan tugas-tugas belajar yang lebih efisien.
Dalam hal ini, peran guru adalah selalu memperhatikan tingkah laku belajar
siswa.
5.
Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya
Model ini untuk
meningkatkan apresiasi siswa pada budaya lokal serta mengembangkannya berdasarkan
pengalaman awal budaya siswa. Komponen desainnya terdiri atas tema budaya
lokal, alat dan sumber beragam yang kontekstual, serta penilaiannya menekankan
pada proses dan hasil. Pelaksanaannya ada tiga tahap yakni pengondisian,
penciptaan makna dna konsolidasi (Alexon dan Sukmadinata, 2010, hlm. 201).
6.
Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif
diadopsi dari paham konstruktivis, di sini siswa berkemampuan berbeda-beda
membentuk kelompok kecil untuk memahami materi pelajaran. Slavin (dalam Riadi,
2012) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaan kooperatif adalah menciptakan
situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya, kemudian terdapat tiga konsep sentral yang menjadi
karakteristik dari pembelajaran kooperatif yaitu penghargaan kelompok,
pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
Langkah-langkah
pembelajaran Cooperative Learning
menurut Arends (dalam Fatirul, 2008, hlm. 20) adalah: (a) Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa; (b) Menyajikan informasi; (c) Mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok-kelompok belajar; (d) Membimbing kelompok bekerja dan belajar;
(e) Evaluasi; (f) Memberikan penghargaan
7.
Model
pembelajaran kontekstual
Pembelajaran
kontekstual merupakan konsep belajar dimana guru mendorong siswa untuk membuat
hubungan situasi di dunia nyata dikaitkan dengan pengetahuan yang siswa miliki Tugas
guru pada model pembelajaran kontekstual ini adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Tugas guru pada model ini adalah membantu siswa supaya mencapai
tujuan, mengelola kelas menemukan hal yang baru bagi siswa.
8.
Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning)
Model ini merupakan
strategi pengajaran yang pada awalnya siswa secara aktif diberi masalah dalam
situasi yang nyata. Masalah yang diberikan antara lain untuk mengikat siswa
pada rasa ingin tahu pada pembelajaran tersebut. Tahap-tahap pembelajaran Problem Based Learning menurut Trianto
(dalam Nurfianti, 2011) adalah:
a. Orientasi
siswa pada masalah, yaitu menjelaskan tujuan pembelajaran, memberitahu logistic
yang diperlukan, mengajukan peristiwa yang memunculkan masalah, memotivasi
siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.
b. Mengorganisasi
siswa, yaitu membagi siswa ke dalam kelompok, membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
c. Membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok, guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang penting, melakukan eksperimen dan untuk jawaban dan pemecahan
masalah.
d. Mengembangkan
dan menyajikan hasil, merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau
model.
e. Menganalisis
dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah yang dibantu oleh guru.
Referensi: Makalah BK
Kelompok 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar